Selasa, 24 Januari 2012

Sedekah Terbaik Seorang Pedagang Nasi

Sedekah terbaik yang dilakukan eorang pedagang nasi bernama Imam Syafi'i di Surabaya yang biasanya mendapat untung hanya rata-rata Rp 10.000 setiap hari. Suatu hari, di bulan Januari 2007, setelah mendengarkan tausiyah dari seoraqng ustadz tentang keutamaan sedekah, dia dan istriya tergerak hati untuk menyedekahkan seluruh uang tabungan yang mereka miliki, yaitu hanya Rp 1 juta.
Uang tersebut rencananya akan digunakan untuk membayar kontrakan rumah, rekening listrik, biAya sekolah anaknya dan lain-lainnya. Akan tetapi akhirnya dengan penuh keyakinan mereka menyedekahkan seluruh uang tersebut. Uang yang bagi mereka sangat besar dan sangat berarti karena menyangkut kepastian hidup bernaung dan sekolah anak-anaknya juga.

Satu minggu berlalu, tidak ada jawaban apa-apa terhadap sedekah yang mereka keluarkan. Dua bulan kemudian, mereka mulai goyah dengan keyakinannya tentang sedekah. Sebab uang tersebut merupakan cadangan satu-satunya yang mereka punyai untuk berbagai keperluan rumah tangganya.
Istrinya sempat ingin meminjam uang kepada tetangga, namun suaminya melarangnya."Kalaupun kita diusir dari rumah kontrakan gara-gara sedekah, mengapa kita tidak mengadu kepada Alloh bu?."Begitu kata suaminya.
Benar saja, tidak berapa lama kemudian, pedagang nasi itu ditunjuk sebagai koordinator catering korban lumpur Lapindo. Setiap hari dia mendapat order Rp 30 juta. Apabila mengambil untung 5 % saja, dalam dua bulan mereka sudah mendapat untung Rp 90 juta.! "Sejak saat itulah kami merasa rejeki kami terus mengalitr. Kami yakin ini juga berkat doa santri-santri Al Qur'an yang turut kami santuni," kata Imam Syafi'i.

Bulan Nopember 2007, pedagang nasi itu telah menandatangani kontrak Rp 20 Milyar yakni untuk menyediakan catering dari Group Bakrie. Kini dalam waktu setahun mereka telah berkembang menjadi tiga perusahaan yaitu PT.Diana (catering), PT.Kurnia (perusahaan lata catering) dan PT.Prakoso (supplier produksi catering). Usaha catering mereka bahkan ditabelkan sebagai terbesar kedua di Surabaya. Sebanyak 120 karyawan bekerja di tiga perusahaan tersebut.

Selain itu, sebagai wujud rasa syukur, tahun lalu dia menghajikan 13 anggota keluarga besarnya, termasuk anaknya. Sedekah tetap mereka jalankan karena mereka merasa bahwa kekayaan yang mereka miliki berkat dari sedekah 1 juta dulu, cadangan uang satu-satunya yang mereka miliki. Tidak mudah bagi siapapun menyedekahkan uang yang baginya sangat berarti, sangat diandalkan bagi kelangsungan hidup usaha dan tempat bernaungnya termasuk kelanjutan sekolah anak-anaknya.

Tapi itulah rezeki Imam Syafi'i, seseorang yang telah melakukan sedekah terbaik yang mereka punyai, yang telah mengangkat harkat dan martabat keluarganya yang tadinya miskin dan kini telah berubah drastis. Rezeki itu memacu cepat perkembangan usahanya. subhanalloh....

Membuktikan Dahsyatnya sedekah


’Bagaimana ya Pak, dagangan saya sepi. Belum bisa bayaran sekolah,’’ seorang
perempuan wali murid beberapa hari lalu mengadu ke Daru Sulistyo, Kepala
Sekolah Sekolah Menengah kejuruan (SMK) BPS&K Bekasi, Jawa Barat.
Sudah tiga bulan terakhir anaknya nunggak bayaran, hingga ia menghadap
kepala sekolah untuk minta keringanan.
’Ya, sudah, Ibu usaha dulu, saya kasih tahu caranya,’’ kata Daru sambil menyodorkan sebuah buku bersampul merah maron berjudul Dahsyatnya Sedekah. ‘’Ibu baca kisah-kisah di buku ini, lalu coba ikuti, insya Allah nanti dapat jalan keluar. Tapi nanti kalau sudah selesai kembalikan lagi bukunya ya, soalnya ini pemberian adik saya,’’ tutur Daru, warga Perumahan PAM Jatibening. Meski tampak ragu, perempuan tersebut menurut. ‘’Baik Pak, nanti saya coba.

Terima kasih,’’ katanya lantas berpamitan. Dua pekan kemudian, si ibu datang lagi ke ruangan Kepsek SMK BPS&K Bekasi. Kali ini, wajahnya sumringah, tidak kusut seperti dulu. Begitu duduk di hadapan Daru Sulistyo, ia langsung bercerita
heboh. ‘’Alhamdulillah, Pak, bener. Dagangan saya laris sejak saya ikuti
cerita di buku Bapak. Setiap dagang, biarpun sedikit, saya sisihkan
hasilnya untuk sedekah. Nih, saya mau bayar sekolah anak saya,’’ kata si
ibu dengan lagak gaya. ‘’Alhamdulillah, saya turut senang, Bu. Semoga
Ibu tetap rajin bersedekah sehingga usahanya maju lancar,’’ ucap Daru
sambil tersenyum. Ia turut bahagia, biasa membahagiakan keluarga muridnya yang tadinya kesusahan.

Daru sendiri juga sudah membuktikan buku Dahsyatnya Sedekah terbitan PPPA Daarul Qur’an yang sudah tamat dibacanya. Ketika Reza Arfirstyo, anak
pertamanya, diterima di SMA XVI Bekasi yang termasuk sekolah unggul,
Daru berjanji kalau ada rejeki akan membelikannya sepeda motor Revo buat
sekolah. Ketika ada uang buat membayar DP (uang muka) Revo kreditan,
Reza justru lebih perlu untuk membayar kursus bimbingan belajar. Gagal
lah rencana mengambil motor kredit. Teringat pada kisah dalam Dahsyatnya
Sedekah, Daru berunding dengan istrinya, Farida Ariawati, untuk
menyedekahkan motor lama yang biasa mereka pakai. ‘’Keponakan kita yang
yatim, butuh motor untuk tranportasi sekolah.

Bagaimana kalau motor kita sedekahkan buat dia,’’ kata Daru, yang disetujui sang istri. Tak terlukiskan bahagianya keponakan, mendapat motor matic yang sesuai dengan impiannya.Apalagi motor itu masih terawat apik, meskipun
usianya sudah cukup lama. Tak sampai sebulan kemudian, Daru mendapat
telepon dari petugas Bank DKI. ‘’Selamat ya Pak, nomor tabungan Bapak
menang undian berhadiah sepeda motor.

Silakan besok datang ke kantor kami,’’ kata si penelepon sambil memberikan alamat kantor cabang bank dan person yang harus ditemui di sana. Untuk make sure, Daru rembugan dengan istrinya. ‘’Kalau dia menyuruh datang dan menemui seseorang, kayaknya benar, Yah. Tapi kalau dia minta transfer uang ini,itu, nah baru penipuan,’’ kata Ny Farida kepada suaminya. Esoknya, Daru
datang ke kantor bank DKI dan menemui orang dimaksud. Ternyata benar,
Daru memang mendapat hadiah sebuah sepeda motor.

‘’Padahal, tabungan saya tidak banyak-banyak amat,’’ katanya senang sekaligus heran. Dan yang membuat Daru sekeluarga sangat surprised, motor hadiah yang mereka terima ternyata Honda Revo. Persis seperti yang diinginkan Reza.
‘’Subhanallah, Alhamdulillah, sedekah memang tidak akan kemana-mana.
Pasti balik ke kita lagi dengan yang lebih baik,’’ Daru berucap syukur.

(aya hasna)

Kisah Sedekah yang Menyentuh Hati


Kisah di bawah ini adalah kisah yang didapat dari milis alumni Jerman, atau warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim di sana . Demikian layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.
Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya.

Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama "Smiling." Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah. Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi kerestoran McDonald's yang berada di sekitar kampus.

Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong.Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir ? Saat berbalik itulah saya membaui suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.

Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang "tersenyum" kearah saya. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya' ditempat itu.Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas' yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya.

Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah "penolong"nya. Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka,dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai didepan counter. Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona." Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan direstoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.

Tiba-tiba saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu-tamu lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka.. Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua 'tindakan' saya. Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap "makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua." Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah berkaca-kaca dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya."

Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata "Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian." Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu. Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka.

Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak-anakku! " Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar-benar bersyukur dan menyadari,bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan 'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan. Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan kami.

Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap "Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami." Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-lambaikkan tangannya kearah kami.

Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar-benar 'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya. Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasih sayang' Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali! Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini ditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya. Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?" dengan senang hati saya mengiyakan.

Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang didekat saya diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya ."Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat' dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu."

Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT." Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan bukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA! Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan cerita ini kepada orang-orang terdekat anda. Disini ada 'malaikat' yang akan menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita ini akan tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang membutuhkan uluran tangannya!

Senin, 23 Januari 2012

Kisah Seorang Putri Sholihah yang Menakjubkan

Kisah seorang wanita yang bernama 'Abiir yang sedang dilanda penyakit kanker. Ia mengirimkan sebuah surat berisi kisahnya ke acara keluarga mingguan "Buyuut Muthma'innah" (rumah idaman) di Radio Qur'an Arab Saudi, lalu menuturkan kisahnya yang membuat para pendengar tidak kuasa menahan air mata mereka. Kisah yang sangat menyedihkan ini dibacakan di salah satu hari dari sepuluh terakhir di bulan Ramadhan lalu (tahun 2011). Berikut ini kisahnya –sebagaimana dituturkan kembali oleh sang pembawa acara DR Adil Alu Abdul Jabbaar- :

Ia adalah seorang wanita yang sangat cantik jelita dan mengagumkan, bahkan mungkin tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kecantikannya merupakan tanda kebesaran Allah. Setiap lelaki yang disekitarnya berangan-angan untuk memperistrikannya atau menjadikannya sebagai menantu putra-putranya. Hal ini jelas dari pembicaraan 'Abiir tatkala bercerita tentang dirinya dalam acara Radio Qur'an Saudi "Buyuut Muthma'innah". Ia bertutur tentang dirinya:


"Umurku sekarang 28 tahun, seorang wanita yang cantik dan kaya raya, ibu seorang putri yang berumur 9 tahun yang bernama Mayaa'. Kalian telah berbincang-bincang tentang penyakit kanker, maka izinkanlah aku untuk menceritakan kepada kalian tentang kisahku yang menyedihkan….dan bagaimana kondisiku dalam menghadapi pedihnya kankerku dan sakitnya yang berkepanjangan, dan perjuangan keras dalam menghadapinya. Bahkan sampai-sampai aku menangis akibat keluhan rasa sakit dan kepayahan yang aku rasakan. Aku tidak akan lupa saat-saat dimana aku harus menggunakan obat-obat kimia, terutama tatkala pertama kali aku mengkonsumsinya karena kawatir dengan efek/dampak buruk yang timbul…akan tetapi aku sabar menghadapinya..meskipun hatiku teriris-iris karena gelisah dan rasa takut. Setelah beberapa lama mengkonsumsi obat-obatan kimia tersebut mulailah rambutku berguguran…rambut yang sangat indah yang dikenal oleh orang yang dekat maupun yang jauh dariku. Sungguh…rambutku yang indah tersebut merupakan mahkota yang selalu aku kenakan di atas kepalaku. Akan tetapi penyakit kankerlah yang menggugurkan mahkotaku…helai demi helai berguguran di depan kedua mataku.

Pada suatu malam datanglah Mayaa' putriku lalu duduk di sampingku. Ia membawa sedikit manisan (kue). Kamipun mulai menyaksikan sebuah acara di salah satu stasiun televisi, lalu iapun mematikan televisi, lalu memandang kepadaku dan berkata, "Mama…engkau dalam keadaan baik..??". Aku menjawab, "Iya". Lalu putriku memegang uraian rambutku…ternyata uraian rambut itupun berguguran di tangan putriku. Iapun mengelus-negelus rambutku ternyata berguguran beberapa helai rambutku di hadapannya. Lalu aku berkata kepada putriku, "Bagaimana menurutmu dengan kondisiku ini wahai Mayaa'..?", iapun menangis. Lalu iapun mengusap air matanya dengan kedua tangannya, seraya berkata, "Waha mama…rambutmu yang gugur ini adalah amalan-amalan kebaikan", lalu iapun mulai mengumpulkan rambut-rambutku yang berguguran tadi dan meletakkannya di secarik tisu. Akupun menangis melihatnya hingga teriris-iris hatiku karena tangisanku, lalu aku memeluknya di dadaku, dan aku berdoa kepada Allah agar menyembuhkan aku dan memanjangkan umurku demi Mayaa' putriku ini, dan agar aku tidak meninggal karena penyakitku ini, dan agar Allah menyabarkan aku menahan pedihnya penyakitku ini….

Keeseokan harinya akupun meminta kepada suamiku alat cukur, lalu akupun mencukur seluruh rambutku di kamar mandi tanpa diketahui oleh seorangpun, agar aku tidak lagi sedih melihat rambutku yang selalu berguguran… di ruang tamu…, di dapur…di tempat duduk…di tempat tidur…di mobil…tidak ada tempat yang selamat dari bergugurnya rambutku.

Setelah itu akupun selalu memakai penutup kepala di rumah, akan tetapi Mayaa putriku mengeluhkan akan hal itu lalu melepaskan penutup kepalaku. Iapun terperanjak melihat rambutku yang tercukur habis. Ia berkata, "Mama..kenapa engkau melakukan ini ?!, apakah engkau lupa bahwa aku telah berdoa kepada Allah agar menyembuhkanmu, dan agar rambutmu tidak berguguran lagi?!. Tidakkah engkau tahu bahwasanya Allah akan mengabulkan doaku…Allah akan menjawab permintaanku…!!, Allah tidak menolak permintaanku…!!. Aku telah berdoa untukmu mama dalam sujudku agar Allah mengembalikan rambutmu lebih indah lagi dari sebelumnya…lebih banyak dan lebih cantik. Mama…sudah sebulan aku tidak membeli sarapan pagi di sekolah dengan uang jajanku, aku selalu menyedekahkan uang jajanku untuk para pembantu yang miskin di sekolah, dan aku meminta kepada mereka untuk mendoakanmu. Mama…tidakkah engkau tahu bahwasanya aku telah meminta kepada sahabatku Manaal agar meminta neneknya yang baik untuk mendoakan kesembuhanmu??. Mamaa…aku cinta kepada Allah…dan Dia akan mengabulkan doaku dan tidak akan menolak permintaanku…dan Dia akan segera menyembuhkanmu"

Mendengar tuturan putriku akupun tidak kuasa untuk menahan air mataku…begitu yakinnya ia…, begitu kuat dan berani jiwanya…lalu akupun memeluknya sambil menangis…".

Putriku lalu duduk bertelekan kedua lututnya menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya berdoa agar Allah menyembuhkanku sambil menangis. Ia menoleh kepadaku dan berkata, "Mama..hari ini adalah hari jum'at, dan saat ini adalah waktu mustajaab (terkabulnya doa)…aku berdoa untuk kesembuhanmu. Ustadzah Nuuroh hari ini mengabarkan aku tentang waktu mustajab ini." Sungguh hatiku teriris-iris melihat sikap putriku kepadaku... Akupun pergi ke kamarku dan tidur. Aku tidak merasa dan tidak terjaga kecuali saat aku mendengar lantunan ayat kursi dan surat Al-Fatihah yang dibaca oleh putriku dengan suaranya yang merdu dan lembut…aku merasakan ketentaraman…aku merasakan kekuatan…aku merasakan semangat yang lebih banyak. Sudah sering kali aku memintanya untuk membacakan surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas kepadaku jika aku tidak bisa tidur karena rasa sakit yang parah…akupun memanggilnya untuk membacakan al-Qur'an untukku.

Sebulan kemudian –setelah menggunakan obat-obatan kimia- akupun kembali periksa di rumah sakit. Para dokter mengabarkan kepadaku bahwa saat ini aku sudah tidak membutuhkan lagi obat-obatan kimia tersebut, dan kondisiku telah semakin membaik. Akupun menangis karena saking gembiranya mendengar hal ini. Dan dokter marah kepadaku karena aku telah mencukur rambutku dan ia mengingatkan aku bahwasanya aku harus kuat dan beriman kepada Allah serta yakin bahwasanya kesembuhan ada di tangan Allah.

Lalu aku kembali ke rumah dengan sangat gembira…dengan perasaan sangat penuh pengharapan…putriku Mayaa' tertawa karena kebahagiaan dan kegembiraanku. Ia berkata kepadaku di mobil, "Mama…dokter itu tidak ngerti apa-apa, Robku yang mengetahui segala-galanya". Aku berkata, "Maksudmu?". Ia berkata, "Aku mendengar papa berbicara dengan sahabatnya di HP, papa berkata padanya bahwasanya keuntungan toko bulan ini seluruhnya ia berikan kepada yayasan sosial panti asuhan agar Allah menyembuhkan uminya Mayaa". Akupun menangis mendengar tuturannya…karena keuntungan toko tidak kurang dari 200 ribu real (sekitar 500 juta rupiah), dan terkadang lebih dari itu.

Sekarang kondisiku –Alhamdulillah- terus membaik, pertama karena karunia Allah, kemudian karena kuatnya Mayaa putriku yang telah membantuku dalam perjuangan melawan penyakit kanker yang sangat buruk ini. Ia telah mengingatkan aku kepada Allah dan bahwasanya kesembuhan di tangan-Nya…sebagaimana aku tidak lupa dengan jasa suamiku yang mulia yang telah bersedekah secara diam-diam tanpa mengabariku yang merupakan sebab berkurangnya rasa sakit yang aku rasakan.

Aku berdoa kepada Allah agar menyegerakan kesembuhanku dan juga bagi setiap lelaki atau wanita yang terkena penyakit kanker. Sungguh kami menghadapi rasa sakit yang pedih yang merusak tubuh kami dan juga jiwa kami…akan tetapi rahmat Allah dan karuniaNya lebih besar dan lebih luas sebelum dan susudahnya"

(Diterjemahkan oleh Firanda Andirja, semoga Allah menyegerakan kesembuhan bagi ukhti 'Abiir)

Kamis, 19 Januari 2012

Hidup Seperti Cermin

Kita lahir tidak membawa apa-apa, hanya jeritan tangis saja yang keluar. Entah apa makna jeritan tangis ketika kita lahir. Takutkah kita akan hadir di dunia ini? Ketika kita wafat juga tidak membawa apa-apa. Sekedar kain kafan pemberian yang menyelimuti tubuh. Semua yang pernah kita raih, semua yang pernah kita rasa memiliki, semua yang pernah kita rasa cintai telah berjarak dengan kita. Mungkin ada sebagian menangisi kepergian kita. Di tengah penggalan waktu antara lahir dan mati itu lah kita bermain-main dalam rentang waktu yang sangat sebentar. karena waktu begitu relatif. Jika menurut hitungan kita dibumi kita hidup di bumi 60 tahun, hitungan angkasa raya hanya sekejap saja. Bukankah ketika kita diruang angkasa kita terbebas dari perjalanan waktu seperti di bumi? Dalam penggalan waktu tersebut hidup kita laksana berhadapan dengan cermin besar. jika kita tersenyum, cermin akan membalas senyum kita, jika kita berkata baik, cermin akan memantulkan energi baik pada kita. Jika kita mengulurkan tangan, cermin akan mengulurkan tangan juga. Cobalah lakukan jika kita bertemu seseorang, berikan senyum padanya, maka kita akan menerima senyuman kembali. Jika kita bertutur kata yang baik kita akan memperoleh kata-kata yang baik pula dari lawan bicara kita. Jika kita memberi sesuatu yang berarti kepada orang lain, kita akan memperoleh sesuatu yang sangat berarti bagi kita. Beberapa aku mengerti, beberapa aku alami, dan aku masih ingin jalani. Sebulan yang lalu aku mencoba menukar sedekah dengan kesembuhan anakku. Hampir tiga bulan lamanya anakku menderita luka yang tidak kunjung sembuh. Ke dokter berobat. Ke Apotek membeli obat. Aku kunjungi beberapa kali untuk kesembuhan anakku. Aku terdiam membisu, kenapa tidak sembuh malah cenderung merembet dan meluas lukanya. Akhirnya aku mencoba cara lain, dengan membantu pembiayaan pembangunan mesjid, memberi ke orang-orang yang membutuhkan, berusaha tidak menolak kedatangan penegemis dan pengamen dan memberinya uang. Kulakukan dengan penuh harap akan kesembuhan anakku. Yah Allah, Your Word is true, seminggu kemudian luka anakku mengering dan sembuh. Thanks, for my family Thanks, for everything You give to us.

Rabu, 18 Januari 2012

Dhuha, Tahajud Dan Sedekah Membawa Keajaiban

Pada bulan Januari 2011, kehamilan saya menginjak bulan ke 6 dan dokter kandungan sudah memberi rambu2 bahwa saya harus operasi sectio. Saya sempat stress pada waktu itu karena untuk biaya operasi, saya harus sedia uang minimal 12 juta, sedangkan tabungan juga tidak cukup, hutang masih banyak disana sini. Pada suatu hari, saya iseng untuk membuka wisata hati online dan membaca testimoni, dari situ saya mulai tergerak untuk mengerjakan sholat dhuha dan tahajud. untuk sedekah, alhamdulilah meskipun sedikit2 saya sudah rutin bersedekah. Saya kejar sholat dhuha dan tahajud terus, terus dan terus ... sambil memohon kepada Allah untuk diberikan jalan keluar, saya pasrahkan semuanya pada Allah. Saya kembalikan semua pada Allah dan saya terus curhat kepada Allah. Pada tanggal 9 April 2011, saya harus menjalani operasi sectio. Alhamdulilah operasi berjalan lancar tanpa kendala apapun. Pada tanggal 12 April 2011, suami saya mengurus tagihan RS karena pada hari itu saya sudah diperbolehkan pulang. Disinilah Allah menepati janjinya, menunjukkan kekuasaannya, Subhanallah, tagihan yang semula saya kira mencapai Rp. 14 juta, hanya tertulis Rp. 7 jt saja. Saya dan suami saya sempat menayakan kembali ke bagian administrasi apakah perhitungannya sudah benar. dan dia pun menjawab sudah. Saya juga sempat kross cek dengan teman saya yang sebulan sebelumnya juga melahirkan di RS yang sama dengan operasi sectio di kelas yang sama tetapi biaya RS mencapai Rp. 13 juta. Saya tak henti2nya mengucap syukur alhamdulilah kepada Allah Swt atas kemudahan yang telah diberikanNya. SUBHANALLAH
Di sadur dari www.wisatahati.com

Ikhlaskan 150.000 Rupiah, Istriku Mengandung Anak Pertama Kami


Assalammu'alaikum Wr. Wb. Pengalaman ini saya dapatkan baru 4,5 bulan yang lalu. dan saya harap kejadian ini bisa menjadi inspirasi bagi para pembaca. Cerita ini bener bener nyata dan tidak satupun yang BOHONG. Cerita ini berawal saat salah seorang Mantan murid SMP saya datang ke rumah kontrakan untuk meminjam uang. Dia bercerita banyak hal dan kesulitan yang dia hadapi saat itu, Sebut saja namanya Dani. Dani bercerita bahwa dia harus membiayai biaya rumah sakit adiknya padahal 5 bulan lagi dia akan menikah dan harus batal pernikahan tersebut karena tidak ada uang. Pada saat itu tertangkap sinyal bahwa dia bohong. Saya pun berusaha untuk cari alasan agar tidak tertipu dengan ceritanya. Saat itu saya mengulur waktu agar menunggu istri saya yang masih bekerja. Dan saat pulang, Istri saya tidak menyetujui Dani untuk meminjam uang sebesar 750 rb, tapi istri saya hanya sanggup meminjami 150 rb. Dani saat itu menerima pinjaman tersebut dan berjanji mengembalikan tanggal 10 Februari 2011. Di saat Dani pulang, saya bilang ke istri saya bahwa saya melihat Dani menipu kita. Tapi istri saya bilang agar kita gak boleh Su Udzon ma orang. Tapi saya yakin bahwa tebakan saya benar. Pada akhirnya tanggal 10 februari 2011, Dani tidak muncul untuk kembalikan pinjaman tersebut, sampai seminggu berikutnya dia juga gak muncul. Akhirnya saya datangi rumahnya dan menanyakan langsung perihal pinjaman tersebut. Astaghfiirullah,,,,,,ternyata tidak 1 pun cerita yang dia ucapkan benar. Dani ternyata bohong semua. Bahkan teganya Dani memfitnah ibunya sendiri bahwa selama ini Dani yang biayai kebutuhan rumah tangganya. Dan durhakanya lagi, hal bohong itu disebarkan ke seluruh kampung. Saat itu, saya benar benar tidak menyangka Dani bisa seperti itu. Ibunya menjelaskan bahwa semua biaya rumah tangga dan biaya rumah sakit adiknya adalah uang dari ibunya. Dani malah tidak mau tahu. Melihat seperti itu, hati saya berkata "IKHLASKAN 150.000 rupiah itu". Dengan ikhlas, saya anggap Dani LUNAS hutangnya. Ketika itu, ibunya minta maaf atas perbuatan Dani. Dan saya pun memafkannya. Saat saya pulang, saya ceritakan kejadian tersebut. Dan istri saya benar benar tidak marah dan bilang "Yo wis lah, ikhlaskan saja. Pasti kita dapat yang lebih banyak kok". Mendengar hal itu, saya juga lega. Selanjutnya setelah kejadian itu, 2 minggu berselang, saya melihat istri saya mulai muntah muntah dan saya agak khawatir. Lalu saya anjurkan istri saya untuk beli alat tes kehamilan dan hasilnya POSITIF. Tapi saya masih belum puas jika belum di USG. Kami pun pergi ke Dokter Spesialis untuk lebih meyakinkan dugaan kami. Dan ALHAMDULILLAH YAA ROBB, Istri saya hamil dan di Monitor USG ada janin yang sedang tumbuh. Saat ini usia kandunganya masuk ke bulan ke 5. Disini, saya dan istri memohon doa dari PEMBACA agar istri bisa LANCAR dalam persalinan dan anak saya bisa lahir NORMAL dan bisa selamat semuanya. Amiiinnnn YAA ROBB
Di sadur dari www.wisatahati.com

Kamis, 12 Januari 2012

Mereka yang terlupakan oleh kita.........

Santunan Kepada Mbah Sangkarjo


Santunan kepada mbah surip

Santunan kepada mbah Tukiran

Santunan Kepada Mbah Wiji Sukaji

Santunan Kepada Mbah Sukamto
Bersama Ketua RT 05 Bapak Kuswandi
Poso, Rabu 29 Desember 2011
Mbah Surip (90 th), mbah Tukiran (81 th), mbah Wiji sukaji (72 th), mbah Sukamto (70 th) dan mbah Sangkarjo (82 th), adalah warga yang tinggal di kel. Gebangrejo yang pada hari rabu, 29 desember 2011 Alhamdulillah kami dari LAZISH AMANATUL UMMAH diberikan kesempatan oleh Allah 'Azzawajalla menyalurkan dana yang kami terima dari para donator dalam bentuk santunan insidental yang berupa paket sembako.
Kegiatan santunan dimulai pada jam 10.30 siang  waktu setempat dengan pengurus LAZISH yang lain kami berangkat dari kantor, menuju rumah pak Roso selaku imam di masjid Nurul yaqin, untuk turut serta dalam pemberian santunan kapada mbah Surip, mbah Tukiran dan mbah Wiji sukaji. Kalau melihat dari keterangan usia dari mbah-mbah tersebut dapat kita simpulkan bahwa mereka adalah para lansia yang sudah tidak mampu lagi bekerja hanya mengharapkan uluran tangan dari sang anak-anak  atau kapada lembaga-lembaga yang bergerak dibidang sosial sebagaimana halnya LAZISH AMANATUL UMMAH. “bapak sudah tidak mampu bekerja apa-apa nak, karena nafasnya sudah tidak kuat lagi, untuk jalan 200 meter ke mushola saja harus istirahat berkali-kali”.tutur mbah Ratinah mengenai kondisi sang suami (mbah Wiji sukaji) saat kami berkunjung kerumahnya. Yah dari penjelasan warga yang tinggal disekitar rumah mbah wiji sukaji, menjelaskan kepada petugas LAZISH bahwa Mbah Wiji rajin ke mushola. Sholat lima waktunya dikerjakan di mushola. “mbah Wiji itu kalo pergi sholat mesti istirahat dulu sambil ngurut dadanya agar bisa sampai di mushola,” ujar warga yang menjadi jama'ah tetap mushola tersebut. Begitu bersemangatnya mbah Wiji dalam melaksanakan perintah Allah yaitu sholat meski kondisinya  sudah membolehkan ia untuk melaksanakan sholat di rumah saja.
Setelah kami menyantuni ke tiga mbah tersebut, kami meneruskan kegiatan santunan disore hari. Tepatnya ba'da ashar kami bergegas menuju “rumah” mbah Sukamto Dengan di temani ketua R.T.05 dan mbah sangkarjo. Kami melihat kondisi tempat  tinggal mbah Sukamto dan anak-anak nya, yang jauh sekali kalau di sebut rumah. Karena hanya berdinding seng dan beratap daun rumbia, yang menempel dibangunan bekas orang cina yang telah ditinggal pergi saat kerusuhan, dan yang lebih menyedihkan lagi berlenterakan pelita. Nasib malang bagi mbah Sukamto yang pencaharian nya sebagai pemulung. Setelah kami jelaskan sedikitnya mengenai kedatangan kami, mbah Sukamto dan sekeluarga  merasa senang karena mendapatkan bantuan yang tidak disangka-sangka. Tak lupa juga kami meminta kepada mbah-mbah yang kami santuni untuk mendoakan para donator agar diberikan rizki yang lebih oleh Allah dan kami minta untuk tetap ingat kepada Allah dalam hidup kita di dunia ini.
Akhirnya kami dari pengurus LAZISH AMANATUL UMMAH mengucapkan jazakumullah dan terimakasih banyak kepada segenap donatur, yang mana dengan donasi yang telah diberikan ke lembaga kami menjadi perantara hubungan yang harmonis antar saudara kita seagama yang bernasib malang. Semoga dengan doa yang mereka panjatkan saat menerima santunan, dapat membuka pintu-pintu rezki yang lain yang telah Allah tetapkan untuk kita, Amiin.

YATIM BAHAGIA ANDA MASUK SURGA

Pengurus LAZISH bersama Anak Yatim Di Lembaga Hidayatillah

Poso, 27 Desember 2011
Selasa sore yang cerah 27 desember 2011 alhamdulillah syukur kita panjatkan kepada Allah 'Azzawajalla yang telah memberikan kesempatan kepada petugas LAZISH  AMANATUL UMMAH untuk berkunjung ke Yayasan Hidayatullah cabang Poso dalam rangka memberikan santunan kepada dua santri yang bernama Darwan (14 th) dan Bahri (14 th).
Sebelum menyerahkan santunan, dari petugas  LAZISH  AMANATUL UMMAH mengajak bincang- bincang dengan dua santri tersebut. Perbincangan memakan waktu ±setengah jam dan buah dari perbincangan  dengan dua santri Hidayatullah itu membuahkan data lengkap mereka berdua. Yang pertama; Darwan santri berprestasi di kelas dua sekolah MTs. Poso kota yang pada tahun ini menempati rangking III dari teman-temannya. Meskipun Pelo (sang Ayah) telah meninggal dunia pada saat Darwan usia TK , dan Nadira (sang ibu) hanya berjualan nasi kuning di pasar sentral Poso, darwan tidak minder dihadapan teman-temannya dalam meraih prestasi. karena prestasi, bisa diraih bagi siapa saja yang bersungguh-sungguh dalam belajar meski berstatus yatim. Yang kedua; Bahri (dua SMP) anak dari pasangan Baharuddin dan Maryamah yang tinggal di ponju, Donggala. Sudah 4 th Bahri ditinggal oleh kedua orangtuanya tanpa ada kabar yang jelas hanya dititip begitusaja di yayasan Hidayatullah. “saya tidak tahu dimana ibu dan bapak saya berada selama 4 th…”ujar Bahri dengan nada sedih saat ditanya keberadaan kedua orangtuanya oleh petugas LAZISH AMANATUL UMMAH.Sungguh tega hati orangtua Bahri yang menelantarkan anaknya. Padahal anak adalah titipan dari Ilahi yang akan diminta pertanggung jawabannya kelak dihari kemudian dan simpanan yang berharga jika ia menjadi anak yang sholeh harapan bagi kita semua  nanti di alam baka.
Dengan ditemani Salah satu pengurus di yayasan Hidayatullah kami dari LAZISH  AMANATUL UMMAH menyerahkan santunan sekaligus melakukan dokumentasi dengan Bahri dan Darwan secara bergantian. Senyum pun terukir tanda kebahagiaan mereka berdua setelah lama tidak mendapatkan perhatian dari orangtua mereka. Kami dari LAZISH  AMANATUL UMMAH mengucapkan Jazakumullah khoiron terimakasih banyak kepada seluruh donatur atas donasi yang diberikan semoga dengan senyum mereka berdua menjadi tabungan kebaikan ibu bapak sekalian yang tak ternilai harganya diakherat kelak,  Amiin ya Robbal 'Alamin.